21 GEOSTE BATUR UNESCO GLOBAL GEOPARK
21 GEOSITE BATUR UNESCO GLOBAL GEOPARK
BGS-01. Outer-Caldera (Kaldera
Batur Purba 1)
Gunungapi Batur memiliki dua buah kaldera yang terbentuk dari dua periode erupsi yang berbeda. Kaldera I terbentuk akibat erupsi maha dahsyat yang terjadi 29.300 tahun lalu, yang menghancurkan setengah dari bagian atas gunung disertai terjadinya amblesan berbentuk elips dengan diameter sebesar 13,8 x 10 km2 dan tinggi dinding kaldera 400 meter. Letusan eksplosif ini mengeluarkan ignimbrit dengan volume mencapai 84 km3, berkomposisi dasitik yang kemudian dikenal sebagai ignimbrit Ubud yang tersebar di lereng selatan dan barat gunung.
BGS-02. Inner-Caldera (Kaldera Batur Purba
2)
Ribuan tahun setelahnya, yaitu sekitar
20.150 tahun yang lalu, kembali terjadi erupsi besar dengan komposisi material
yang dikeluarkan mencapai volume 19 km3, berkomposisi dasitik atau dikenal
dengan Ignimbrit Gunungkawi. Erupsi eksplosif ini juga menyebabkan terjadinya
amblesan sedalam 200 meter dan membentuk kaldera II dengan diameter 7,5 km.
Bagian amblesan yang lebih rendah disebelah timur-tenggara terisi oleh air
hujan sehingga membentuk Danau Batur.
BGS-03. Cone-I of Batur; BGS-04. Cone-II
of Batur; BGS-05. Cone-III of Batur
Diperkirakan mulai sejak 5.000-5.500 tahun
yang lalu menghasilkan ignimbrite andesitic dengan fragmen pumice dasitic, yang
selanjutnya membentuk gunungapi strato Batur; erupsi strombolian biasanya
terjadi 1-5 tahun; setelah istirahat panjang 1921-1963 terjadi erupsi yang
cukup besar, lava dari kawah III ngalir dan menutup ke arah Barat Daya kaldera
Batur. Gunung Batur strato vulkano yang secara historis aktif setinggi 1717
meter didalam kaldera terkecil dan termuda.
BGS - 03 : Cone-I of Batur (Kawah –I)
Kawah –I merupakan
kawah yang terbentuk pertama kali tercatat dalam sejarah, bibir bagian timurnya
hancur dan longsor akibat leyisan besar, Bagian bibir yang longsor membentuk
perbukitan, yang dikenal sebagai Bukit Puraknya
BGS- 04 : Cone-II of Batur (Kawah –II)
Kawah –II terbentuk 200 m di baratdaya Kawah –I.
Tampaknya erupsi eksplosif dari kawah ini tidak terlalu sering karena
kerucutnya tidak lebih tinggi dari Kawah-I. Erupsi umumnya dari kawah ini
berupa efusif yang banyak menghasilkan aliran lava.
BGS - 05 : Cone-III of Batur (Kawah –III)
Kawah –III terbentuk 150 m di baratdaya Kawah –II. Kawah ini umumnya mengerupsi lava, karena tampak diantaranya Lava 1921. Tampaknya kawah-kawah di Gunung Batur berpindah-pindah pada arah kelurusan timurlaut-baratdaya. Kawah-kawah yang lebih muda pun terbentuk sekitar arah kelurusan tersebut
BGS-06. Parasitic Cone of Mt. Abang
Gunung Abang merupakan kerucut parasit
basaltik-dasitik yang tumbuh di lereng tenggara Gunung Batur purba. Pada lava
yang keluar dari kerucut ini tidak ditemukan unsur Ar radiogenik yang dapat
terdeteksi, dengan demikian dapat dikatakan umur dari kerucut parasit ini
kurang dari 100 ribu tahun yang lalu (Reubi dan Nicholls, 2004; Wheller dan
Varne, 1986). Pembentukan kerucut berakhir dengan runtuhnya kaldera I
berasosiasi dengan erupsi maha dahsyat yang terjadi 29.300 tahun yang lalu.
Keruntuhan tersebut juga memotong topografi dari Gunung Abang yang tingginya
kemungkinan melebihi tinggi dari Gunung Agung (3.142 mdpl).
BGS-07. Cinder Cone of Payang Hill
Kerucut batuapung Payang terletak di
bagian barat daya bibir kaldera II. Kerucut ini berisikan batuapung dasitik
dengan tinggi sekitar 150 meter dan diameter dasar kerucut 1,25 kilometer.
Batuan penyusun morfologi kerucut ini merupakan batuapung tidak terelaskan
berwarna merah muda dan putih dengan sedikit kandungan material juvenile,
seperti litik. Kerucut batuapung Payang terbentuk setelah letusan 29.300 tahun
lalu yang membentuk kaldera I. Bersama dengan sumbat lava Bunbulan, kerucut
batuapung Payang membentuk kompleks dome andesitik - dasitik di dalam kaldera
I. Erupsi massif 9.150 tahun setelahnya, yaitu sekitar 20.150 tahun yang lalu
membentuk kenampakan kerucut batuapung Payang saat ini. Singkapan yang
terawetkan hanya beberapa ratus meter persegi dan merupakan bagian dari dinding
kaldera II.
BGS-08. Cinder Cone of Dalam
Hill/Sampeanwani
Bukit Sampeanwani merupakan bukit kecil
terisolasi yang dikelilingi oleh aliran lava Batur tahun 1963. Bukit ini selalu
terhindar dari terjangan lava disekitarnya. Bukit Sampeanwani ini merupakan kerucut
cinder yang tersusun oleh skoria. Bukit ini merupakan salah satu kerucut sinder
yang terbentuk bersamaan dengan kerucut Gunung Batur. Pada bukit ini dibangun
'Pura Bukit Dalam'.
BGS-09. Cinder Cone of Bunbulan Hill
Bukit Bunbulan secara topografi merupakan suatu kawah yang diikuti oleh intrusi lava andesit atau disebut juga dengan sumbat lava. Diameter sumbat lava ini sekitar 150 meter. Kerucut ini berseberangan dengan kerucut Gunung Payang, dan kemungkinan dihubungkan oleh suatu kelurusan melalui Gunung Batur berarah timur laut – barat daya. Sumbatlava Bukit Bunbulan tumbuh ditepi kaldera dengan sumbat yang tersingkap akibat runtuhan pembentukan Kaldera-II. Bagian permukaannya ditutupi oleh batuan hasil erupsi pasca-kaldera.
BGS-10. Cinder Cone of Southern Yehmampeh
Geosite ini terletak
di sisi barat dari lereng Gunung Batur. Geosite ini berisikan bentangalam
vulkanik berupa kerucut- kerucut sinder (cinder cone) atau biasa juga disebut
sebagai scoria cone yang tersebar secara acak. Kerucut sinder tersusun dari
material piroklastik (scoria) yang merupakan batuan dengan tekstur vesikular
yang dihasilkan dari gelembung-gelembung gas yang terperangkap selama proses
pendinginan dari lava.
Batuan yang ada pada
lokasi ini memiliki komposisi batuan basalt-andesit basaltik. Kerucut sinder merupakan
gunungapi dengan ukuran yang paling kecil. Kerucut ini umumnya dihasilkan dari
erupsi tipe strombolian dan merupakan gunungapi tipe monogenetik yaitu
gunungapi yang hanya mengalami satu kali erupsi yang mengeluarkan material piroklastik
jatuhan yang kemudian terkumpul di dekat vent gunung api.
BGS-11. Landslide of Puraknya Hill
Bukit Puraknya merupakan fitur
topografi yang meyerupai tanduk yang tersusun atas material piroklastik dengan
struktur perlapisan yang tidak beraturan dan terletak dekat dengan Toyabungkah.
Bukit Puraknya berasal dari longsoran besar dinding Kawah-I bagian tenggara
yang lebih rendah. Longsoran ini diperkirakan terjadi pada saat erupsi tahun
1849 yang cukup besar serta diikuti oleh aliran lava.
BGS-12. Lava Flows 1849
Litologi yang terdapat pada geosite ini
memiliki batuan berwarna hitam dengan struktur vesikuler skoriaan, memiliki
tekstur granularitas porfiroafanitik, kristalinitas hipokristalin, memiliki
komposisi berupa mineral mafik – intermediet.
Batuan terbentuk akibat adanya erupsi efusif yang dihasilkan oleh Gunung
Batur pada tahun 1849. Erupsi efusif tersebut menghasilkan aliran lava yang
mengalami proses pembekuan akibat pendinginan karena kontras suhu. Lava yang
dihasilkan memiliki tingkat viskositas yang tinggi Viskositas yang tinggi
didapatkan dari komposisi lava, pendinginan yang cepat dan lolosnya gas yang
terdapat pada lava. Tekstur yang terdapat pada batuan memiliki kenampakan
scoriaan yang disebabkan karena lolosnya gas dari dalam lava
BGS-13. Lava Flows 1888
Litologi yang terdapat pada geosite ini
memiliki batuan berwarna hitam dengan struktur vesikuler skoriaan, memiliki
tekstur granularitas porfiroafanitik, kristalinitas hipokristalin, memiliki
komposisi berupa mineral mafik – intermediet. Batuan terbentuk akibat adanya
erupsi efusif yang dihasilkan oleh Gunung Batur pada tahun 1849. Erupsi efusif
tersebut menghasilkan aliran lava yang mengalami proses pembekuan akibat
pendinginan karena kontras suhu. Lava yang dihasilkan memiliki tingkat viskositas
yang tinggi Viskositas yang tinggi didapatkan dari komposisi lava, pendinginan
yang cepat dan lolosnya gas yang terdapat pada lava. Tekstur yang terdapat pada
batuan memiliki kenampakan scoriaan yang disebabkan karena lolosnya gas dari
dalam lava. Terdapat morfologi berupa aliran yang disebabkan lava mengalir mengikuti bentuk morfologi
lereng Gunung Batur.
BGS-14. Lava Flows 1904
Belantara lava 1904 tersebar di lereng barat Gunung Batur dengan kenampakan khas dibagian permukaan yang berfragmen, tidak teratur, retak, atau pecah. Batuan yang ditemukan merupakan lava bertipe AA, bagian permukaan berfragmen dengan ukuran bongkah, struktur vesikuler, mengandung 35% fenokris (< 2 mm) berupa plagioklas dengan banyak inklusi gelas, olivine dengan inklusi apatit, dan augit sebagai mikrofenokris (Sutawidjaja, 1992). Lava 1904 terbentuk akibat letusan efusif Gunung Batur tahun 1904. Kenampakan fragmentasi dibagian permukaan dan struktur lubang-lubang gas menginformasikan bahwa pembekuan batuan berjalan dengan cepat. Persebaran dari lava basaltik ini relatif sulit ditelusuri karena telah tertutup oleh vegetasi dan aliran lava yang lebih muda.
BGS-15. Lava Flows
1905
Lava 1905 tersingkap
di Wilayah yang cukup luas berada di bawah Lava 1926. Lava 1905 ini dapat
ditemui di sekitar Culali dan Pura Bukit Mentik.
BGS-16. Lava Flows 1921
Lava 1921 tersingkap
di daerah yang cukup terbatas, yakni di lereng selatan puncak Gunung Batur.
Lava ini sebagian besar telah ditutupi oleh aliran lava 1963 dan 1968, meski
demikian penyebarannya masih dapat diketahui melalui foto udara atau morfologi
yang dibentuk pada peta.
BGS-17. Lava flows
1926
Aliran lava 1926 berasal dari letusan kawah 3
Gunung Batur. Lava ini terhampar cukup luas namun telah tertutup lava 1963.
Hamparan Lava 1926 ini berada di wilayah Desa Batur Kuno sampai ke Culali.
BGS-18. Lava flows
1963
Lokasi berada pada
perbatasan Lava 1849 dengan Lava 1963. Lava 1849 memiliki komposisi basaltic
andesit dengan di bagian permukaannya menunjukkan fitur-fitur tumuli dan
spheroidal. Lava 1963 juga memiliki komposisi basaltic andesit, dengan struktur
di permukaan berupa lava aa, tumuli, qlinker, pahoehoe dan struktur aliran.
BGS-19. Lava flows
1968
Litologi yang terdapat pada geosite ini memiliki
batuan berwarna hitam dengan struktur vesikuler berupa skoriaan, memiliki
tekstur granularitas porfiroafanitik, kristalinitas hipokristalin, bentuk
kristal tidak teramati, memiliki komposisi mineral berupa plagioklas,
hornblend, biotit, gelas vulkanik, dan mineral mafik berukuran halus. Batuan
terbentuk akibat adanya proses pembekuan dari magma yang keluar dari hasil
erupsi Gunung Batur pada tahun 1968 . Lava yang mengalir kemudian mengalami proses pendinginan akibat
perbedaan suhu yang contrast dengan suhu permukaan. Aliran lava mengalir
ke arah selatan sejauh 2,2 km. Aliran lava tersebut menutupi batuan lava akibat
erupsi sebelumnya pada tahun 1963. Terdapat struktur skoriaan yang menandakan adanya gelembung gas yang
keluar dari tubuh lava ketika mengalir.
BGS-20. Lava flows 1974
Erupsi terakhir dari Gunung Batur terjadi
pada bulan Maret tahun 1974. Erupsi tersebut mengeluarkan lava andesit basaltik
yang mengalir sejauh 2 km dari kawah ke lereng bagian barat gunung. Batuannya
dicirikan dengan hamparan hitam dari fitur lava pasta gigi dan pahoehoe,
menutupi lava-lava 1904, 1905, dan 1963. Batuan berwarna abu-abu
kehitam-hitaman, struktur vesikuler - clinker, keseragaman kristal
inequigranular porfiroafanitik, tingkat kristalinitas hipokristalin, mengandung
mineral plagioklas, biotit.
BGS-21. Batur Lake
Danau Batur terletak di dalam Kaldera Batur Tua yang berada di sebelah tenggara Gunung Batur. Danau Batur memiliki bentuk sabit memanjang hampir utara- selatan. Sepanjang dinding bagian timur dibatasi oleh dinding terjal sedangkan di bagian barat dibatasi dengan endapan lava dari Gunung Batur. Mulai tahun 2011, Danau Batur memiliki banyak ikan yang mati dan muncul ke permukaan setiap tahunnya, terutama di saat peralihan musim. Banyak ahli yang percaya bahwa penyebab kematian ikan-ikan ini ialah adanya perbedaan suhu harian yang menyebabkan terbentuknya arus. Arus ini membawa lumpur di dasar danau ke permukaan. Arus dan lumpur inilah yang merusak keseimbangan ekosistem di Danau Batur. Bagian amblesan yang lebih rendah disebelah timur-tenggara gunung akibat erupsi pada 29.300 dan 21.500 tahun yang lalu terisi oleh air hujan membentuk danau kaldera yang hingga kini disebut sebagai Danau Batur.
Komentar
Posting Komentar