STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANGLI



STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
KABUPATEN BANGLI

            Strategi pembangunan kepariwisataan daerah adalah rumusan cara atau langkah untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan daerah. Strategi pembangunan kepariwisataan daerah merupakan suatu skenario pembangunan kepariwisataan yang bersifat multidimensi dan lintas sektor.
            Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yang ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPANAS) bahwa pembangunan kepariwisataan meliputi aspek : (i) destinasi pariwisata, (ii) pemasaran pariwisata, (iii) industri pariwisata, dan (iv) kelembagaan kepariwisataan sebagai satu kesatuan yang saling terkait.
Strategi pembangunan kepariwisataan daerah ini dirumuskan  berdasarkan :
1)  Kebijakan pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bangli
2)  Isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bangli
3) Posisi sektor kepariwisataan terhadap sektor lain di Kabupaten Bangli dan posisi kepariwisataan Kabupaten Bangli di Provinsi Bali dan Indonesia.
4)  Peraturan perundang-undangan yang terkait    

1.   Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata
            Strategi pembangunan destinasi pariwisata meliputi beberapa aspek : (i) pembangunan perwilayahan destinasi, (ii) pembangunan daya tarik wisata, (iii) pembangunan aksebilitas pariwisata, (iv) pembangunan prasarana umum, fasilitas pariwisata, (v) pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, dan (vi) pengembangan investasi di bidang pariwisata.

1.1.        Pembangunan Perwilayahan Destinasi
Strategi pengembangan perwilayahan destinasi di Kabupaten Bangli difokuskan dengan mengembangan KDTWK Kintamani sebagai pusat  kepariwisataan Bangli dan sekaligus menjadi icon pariwisata Bangli. KDTWK 



Kintamani selain sudah terkenal di Nusantara maupun di dunia Internasional memiliki beragam daya tarik wisata seperti daya tarik wisata alam : Gunung dan Danau Batur, Panorama Danau dan Gunung Batur (dilihat dari Penelokan dan Abang),  hot spring water (mata air panas)  di Toya Bungkah, Hutan TWA Penelokan, Hutan Cemara (Batur Kelod dan Batur Kaja), Lahan pertanian hortikultura (Batur Kelod, Batur Kaja, Songan, Kedisan),  serta didukung oleh udara pegunungan yang sejuk dan segar. 
Potensi daya tarik budaya terdiri dari : Pura Ulun Danu Batur (di Batur), Pura Ulun Danu (di Songan), Pura Jati dan Pura Pasek Kayu Selem (di Batur), Pura Puncak Penulisan (cagar budaya nasional), Desa Tradisional Trunyan (Pura Pusering Jagat, barong Brutuk, dan tradisi Mapasah --jenasah tidak dikubur), Akulturasi Budaya Bali-Cina : Pelinggih Ratu Subandar di Pura Ulun Danu Batur dan Pura Dalem Balingkang, dan Suasana dan tradisi pedesaan Bali Aga di desa Songan.
Potensi Daya Tarik Buatan terdiri dari : Museum Gunung Api Batur (di Batur Tengah),  Camping ground (Batur dan Toya Bungkah), Kolam permandian air panas.
Beberapa jenis wisata pendukung  kawasan andalan pariwisata Kintamani diantaranya : Makan siang di restoran-restoran di sekitar Penelokan sambil menikmati panorama gunung dan danau Batur, Hiking (mendaki) Gunung Batur dan Gunung Abang, Fishing (memancing) di danau Batur, Naik jukung dan speed boat di danau Batur (dari Desa Kedisan ke Trunyan pp), Camping (Toya Bungkah dan Batur), Panjat Tebing (di Songan), Agrowisata (Batur Kelod, Batur Kaja, Kedisan, Songan), Mandi air panas (Hot Spring Water di Toya Bungkah), Trekking di TWA Penelokan, serta Cycling (sepeda gunung) dengan route Kintamani-Payangan-Ubud. Daya tarik minat khusus adalah geopark yang menjadi brand baru pariwisata Bangli. Pembangunaan perwilayahan di Kabupaten Bangli dengan memanfaatkan KDTWK Kintamani sebagai pusat pengembangan pariwisata dan sekaligus menjadi icon pariwisata Bangli yang didukung oleh keberadaaan berbagai DTW di sekitar wilayah KDTWK Kintamani. Diharapkan bahwa wisatawan yang berkunjung keKDTWK Kintamani akan tertarik untuk berkunjung ke berbagai DTW yang ada di wilayah Kabupaten Bangli, baik dalam perjalanan menuju Kintamani ataupun setelah berkunjung ke Kintamani
Keberadaan KDTWK Kintamani ini didukung dengan keberadaan berbagai DTW di wilayah Kabupaten Bangli yang dihubungkan melalui jaringan daya tarik wisata dalam bentuk excursion routes.  Excursion routes ini dirancang dengan membuat jalur perjalanan wisatawan menuju Kintamani yang melalui beberapa daya tarik wisata di wilayah Bangli setelah berkunjung ke Kintamani.  Dengan demikian perwilayahan destinasi pariwisata di Kabupaten Bangli akan semakin menyebar dan meluas dari KDTWK Kintamani sebagai pusat pengembangan pariwisata Bangli.
Beberapa alternatif  jalur ekserkusi dapat  dibangun misalnya  denpasar → Bukit jati → Dalem Jawa →  Pura Kehen → Bukit Bangli → taman sari → Desa Panglipuran → Desa Bayung Gede → Kintamani  → Blantih → Denpasar. Koneksitas antara daya tarik wisata tersebut di atas dapat dengan mudahan dijalin  karena jaraknya yang dekat serta jalan penghubung antara daya tarik wisata tersebut sudah tersedia.
Pengembangan kawasan andalan pariwisata Kintamani  dapat menjadi pemicu perkembangan daya tarik wisata lainnya yang belum berkembang seperti daya tarik wisata Agrowisata Blantih, Guliang Kangin, Pura Kehen, Dalem Jawa, Bukit Bangli, Taman Sari, Desa Panglipuran, Desa Bayung Gede, Bukit jati dan yang lainnya.

1.1.        Pembangunan Daya Tarik Wisata
Pengembangan destinasi pariwisata juga perlu memperhatikan penataaan dan pengembangan daya tarik wisata (DTW) yang tersebar luas di wilayah Kabupaten Bangli. Selain berbagai daya tarik wisata (DTW) yang berada di dalam KDTWK Kintamani, Kabupaten Bangli juga memiliki berbagai daya tarik wisata alam, daya tarik budaya, dan buatan manusia (man made).
Pengembangan DTW dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok yaitu: (i) Desa Wisata yang terdiri dari Desa Penglipuran, Bayung Gede, Desa Wisata Taman Sari, Desa Pengotan dan desa lainnya; (ii) Wisata budaya/spiritual yang terdiri dari Pura Kehen, Pura Dalem Jawa (Langgar), Pura Taman Bali Raja, dan pura lainnya; (iii) Wisata alam/ekowisata yang terdiri dari Bukit Bangli, Bukit Jati, Guliang Kangin, Bukit Pulasari, Lembah Pantunan, Bukit Demulih dan Bukit Serokadan; dan (iv) Agrowisata yang terdiri dari agrowisata di Desa Catur, Sekaan, dan desa lainnya.

Pengembangan daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Bangli dilaksanakan dengan memperhatikan keunikan dan keaslian masing-masing daya tarik wisata dengan tetap mengacu kepada konsep green tourism dan community based tourism development sehingga tercipta daya tarik wisata yang berkualitas dan dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk mengunjunginya serta memberikan manfaat yang lebih optimal kepada masyarakat setempat.

1.1.        Pembangunan Aksebilitas Pariwisata
Pembangunan aksesibilitas bagi kegiatan pariwisata di Kabupaten Bangli meliputi penyediaan dan pengembangan sarana/prasarana transportasi angkutan darat. Pengembangan aksesibilitas tersebut dimaksudkan untuk mendukung pengembangan destinasi pariwisata di Bangli yaitu memperlancar pergerakan wisatawan menuju destinasi pariwisata dan pergerakan wisatawan di dalam destinasi, yaitu di KDTWK Kintamani dan daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Bangli.
Untuk memperlancar pergerakan wisatawan perlu dikembangkan transportasi khusus yang dikelola langsung oleh Pemkab Bangli sebagai angkutan umum pariwisata yang melayani koridor-koridor pariwisata yang ada. Jenisnya dapat berupa shuttle bus dengan kapasitas 12-18 penumpang. Hal ini dipertimbangkan terhadap kondisi medan yang termasuk daerah dataran tinggi (pegunungan).




1.1.        Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata
Dalam pembangunan destinasi diperlukan pembangunan fasilitas pariwisata seperti sistem penerangan, sistem air bersih, sistem komunikasi dan informasi, sistem pertamanan dan kebersihan, pos layanan kesehatan, pos layanan keamanan, Fasilitas Hotel dan Restoran, Fasilitas Toilet, Rambu-rambu penunjuk arah, Lahan parkir kendaraan. Untuk memberikan layanan yang baik kepada wisatawan.
Ketersediaan lampu penerangan jalan menuju obyek pariwisata dan di lokasi obyek demikian juga ketersediaan air bersih dan sistem pembuangannya akan dapat memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Sistem komunikasi dan informasi akan memudahkan penyelenggara dan pelaku  pariwisata dalam berkoordinasi dengan pihak lain jika ada masalah yang dihadapi oleh wisatawan. Sistem pertamanan dan kebersihan bertujuan untuk menciptakan suasana yang indah  dan asri di lokasi wisata. Pos layanan kesehatan demikian juga layanan keamanan bertujuan mengantisipasi terhadap kemungkinan adanya kecelakaan, gangguan kesehatan serta gangguan terhadap tindakan-tindakan kriminal.
Rambu-rambu penunjuk arah beserta jarak tempuhnya agar dipersiapkan guna memberikan informasi yang akurat tentang keberadaan fasilitas penunjang.
Disetiap daerah tujuan wisata (DTW) wajib dilakukan pengembangan lahan parkir kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan penyediaannya.

1.2.        Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan
Masyarakat, pemerintah dan swasta adalah tiga  pilar dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata. Aspek pemberdayaan masyarakat dalam konteks pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran dan Inisiatif masyarakat sebagai salah satu stakeholder penting di luar unsur pemerintah dan swasta, untuk dapat berpartisipasi dan berperan aktif dan strategis sebagai subyek maupun sebagai penerima manfaat dalam pengembangan kepariwisataan secara berkelanjutan.



Program pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan meliputi : pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi, optimalisasi pengarusutamaan gender, peningkatan potensi dan sumber daya lokal, penyusunan regulasi dan pemberian insentif,  penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha, perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah, meningkatkan akses dan dukungan permodalan, peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku kepentingan dalam mewujudkan sapta pesona, dan peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara.

1.1.        Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata
Pengembangan investasi di bidang pariwisata meliputi peningkatan pemberian insentif, peningkatan kemudahan investasi, dan peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata. Namun demikian, dalam pengembangan investasi pariwisata perlu kiranya diperhatikan keterlibatan pengusaha lokal dan mengikuti ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2.    Strategi Pemasaran Pariwisata
Pembangunan pemasaran pariwisata daerah meliputi : pengembangan pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, kemitraan pemasaran pariwisata, dan pengembangan promosi pariwisata.
Strategi untuk pemantapan segmen pasar wisatawan yang sudah ada saat ini (existing market) dan pengembangan segmen pasar baru meliputi: meningkatkan promosi pada pasar-pasar yang sudah mapan, meningkatkan akselerasi promosi pada beberapa pasar yang baru dan sedang berkembang, melakukan pemasaran dan promosi untuk menangkap segmen pasar baru khususnya pasar pariwisata alternatif dengan mengembangkan promosi berbasis tema-tema tertentu.
Peningkatan dan pemantapan citra destinasi pariwisata Bangli sebagai destinasi yang aman dan nyaman dilakuan dengan cara : meningkatkan dan memantapkan pemosisian citra pariwisata Bangli di antara para pesaing di Bali dan Indonesia ummnya. Strategi untuk peningkatan citra pariwisata Bangli sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman diwujudkan melalui promosi, diplomasi, dan komunikasi.

Strategi  untuk pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata diwujudkan secara terpadu, sinergis, berkesinambungan dan berkelanjutan. Pengembangan promosi pariwisata dilakukan dengan penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata di dalam maupun di luar negeri.

1.    Strategi Pembangunan Industri Pariwisata
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang dimaksud dengan usaha pariwisata (sebelumnya dikenal dengan industri pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
Industri pariwisata yang telah berkembang di Kabupaten Bangli meliputi : akomodasi, restoran dan rumah makan, warung, serta artshop.
Juga berkembang industri kecil kerajinan rumah tangga yang berbahan bambu. Industri kecil ini, berkembang pesat di tiga Kecamatan, yakni Kecamatan Tembuku, Susut dan Bangli. Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar diserap oleh pasar lokal (Bali). Selain itu juga diekspor ke berbagai negara : seperti Perancis, Jerman, Italy, Rusia, Turki, Amerika, Kanada dan Malaysia.
Produk lainnya adalah yang berbahan kayu dengan produk utama berupa patung dengan berbagai jenis seperti : ikan dolpin, binatang, topeng dan dulang. Ada juga kerajinan emas dan perak ( di kecamatan Bangli dan Tembuku). Kopi Kintamani yang sangat terkenal merupakan produk Industri kecil dan menengah di Kabupaten Bangli. Produk tersebut diekspor ke Korea karena mereka menggemari produk kopi Kintamani, terutama kopi luwaknya.
Dengan telah ditetapkannya Batur Global Geopark sebagai anggota GGN pada pertengahan September 2012, maka Kawasan Pariwisata Kintamani Bangli akansemakin dikenal di seantero dunia.  Wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air, maupun dari berbagai Negara akan berdatangan ke lokasi tersebut untuk melihat dan menikmati produk-produk geopark tersebut.


Untuk mendukung peningkatan kunjungan wisatawan tersebut, maka ke depan perlu dikembangkan berbagai industri kecil menengah berbasis masyarakat untuk mendukung keberadaan Geopark tersebut
Produk-produk yang sudah ada saat ini perlu terus dikembangkan model, desain dan kualitasnya, sehingga menjadi salah satu produk khas Kintamani-Bangli sebagai souvenir yang tidak dapat diperoleh di tempat lain.  Demikian pula dengan batu hasil letusan Gunungapi Batur yang saat ini terus digali dan dijual dalam bentuk glondongan, perlu diolah dan dijadikan produk seni berkualitas tinggi, sehingga memberi added value pada produk tersebut.Dengan demikian diharapkan masyarakat Desa Songan dan desa lainnya yang saat ini banyak berkecimpung di galian C, dapat beralih ke pekerjaan yang lebih baik tanpa merusak lingkungan.
Industri kecil dan menengah yang bergerak di pengolahan makanan perlu terus dikembangkan, terutama produk hasil perikanan danau yang produksinya cukup berlimpah.  Walaupun saat ini produksinya masih mampu diserap oleh masyarakat lokal, namun ke depan diperlukan pengolahan dalam bentuk lain untuk meningkatkan variasi produk tersebut.  Misalnya produk perikanan air tawar dapat diolah menjadi berbagai jenis ikan olahan, seperti: ikan sarden, presto, krupuk ikan, abon ikan mujair khas Kintamani, dibalut kemasan menarik dengan brand Geopark.Industri kecil berskala rumah tangga yang menghasilkan produk berupa baju kaos, topi, dan berbagai jenis produk konveksi lainnya belum berkembang di Kintamani-Bangli. Di masa yang akandatang diperlukan keberadaan industri kecil dan menengah tersebut untuk bisa menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi untuk souvenir yang mampu mencerminkan keberadaan Batur Global Geopark.

1.    Strategi Kelembagaan Kepariwisataan
Pembangunan kelembagaan kepariwisataan mencakup aspek penguatan organisasi kepariwisataan, pembangunan SDM, dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan. Strategi  penguatan organisasi kepariwisataan  dilakuan antara lain dengan menguatkan tata kelola organisasi, menguatkan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program, serta menguatkan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan kepariwisataan.


Pemantapan organisasi kepariwisataan dilakukan dengan menguatkan fungsi strategis kepariwisataan dalam menghasilkan devisa, memperkuat usaha pariwisata terkait, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan pelestarian lingkungan. 
Strategi  pembangunan SDM pariwisata dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan profesionalisasi  pegawai, meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan dan latihan bidang kepariwisataan. Peningkatkan SDM pariwisata di dunia usaha dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi di setiap destinasi pariwisata, meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan kepariwisataan yang terakreditasi.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan pariwisata berorientasi  pada pengembangan destinasi pariwisata, pengembangan pemasaran, dan pengembangan industri pariwisata. Strategi penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada pengembangan destinasi antara lain mencakup: peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan DTW, pengembangan aksesibilitas dan/atau transportasi kepariwisataan dalam mendukung daya saing destinasi, pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata, memperkuat pemberdayaan masyarakat, dan penelitian dalam rangka peningkatan investasi.
Strategi penelitian dalam rangka pengembangan pemasaran mencakup antara lain: peningkatan penelitian pasar wisatawan dalam rangka pengembangan pasar baru dan produk, pengembangan dan penguatan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran, dan peran promosi pariwisata di luar negeri.
Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan industri pariwisata mencakup penguatan industri pariwisata, meningkatkan daya saing produk, mengembangkan kemitraan usaha pariwisata, dan mengembangkan tanggungjawab terhadap lingkungan. Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan dan SDM pariwisata meliputi: pengembangan organisasi dan pengembangan SDM pariwisata.


1.    Strategi Pengembangan Destinasi Kintamani sebagai DTW Ungglan di Bali
Destinasi wisata adalah suatu kesatuan wilayah (site,desa,kota,pulau,Negara,benoa) yang memiliki daya tarik wisata, dan memiliki kemudahan untuk dikunjungi diserta dengan berbagai fasilitas wisata yang memungkinkan wisatawan untuk berkunjung dan meninkmatinya.

Destinasi dan daya saing :
Destinasi  dikatakan mempunyai daya saing apabila memiliki :
1.    Produknya unggul
Dikatakan produk unggulan jika memiliki  Keunikan (Uniqueness), Keaslian (Authenticity), Kualitas Layanan (Quuality of servic), teknologi tinggi (High-tech and high-touch) , kualitas pengalaman (quality Experince)
2.    Sumber Daya Manusia professional
Sumber Daya Manusia yang professional harus memiliki pengetahuan luas (knowledge), keterampilan tinggi (skill), jaringan luas (networking)
3.    Harganya kompetitif
Harga kompetitif dimana dengan harga yang sama konsumen memperoleh benefit yang lebih, konsumen tidak merasa menyesal mengeluarkan uangnya karena produk yang diperolehnya sudah sepadan dengan pengeluaran mereka.
4.    Mudah dijangkau (aksesible)
Mudah dijangkau dikatakan unggul harus tersedia berbagai jenis transportasi di Destinasi yang memudahkan wisatawan mengunjungi objek wisata yang ada. Biaya perjalanan (cost of traveling) yang kompetitif, pelayanan harus cepat, akurat dan ramah, masyarakat dapat menerima kedatangan mereka dengan baik tanpa mereka merasa terganggu.
5.      Informasinya tersebar luas
Informasi tersebar luas dimana konsumen dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang produk yang bias diperoleh dari travel agent, tv, majalah, guide book, internet, jarring social, infrmasi harus jelas, menarik, harga, keamanan, kondisi dan lain-lain, informasi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya.

Untuk dapat mewujudkan Destinasi yang mempunyai daya saing tinggi seharusnya semua stakeholder harus mampu bertindak cerdas, yang artinya pemerintah, para pengusaha dan masyarakat harus memerankan dengan baik apa-apa yang harus diperankannya.


1.    Potensi  Wisata  Budaya dan Spiritual
  1. Pura Pucak Penulisan
  2. Pura Ulun Danu Batur
  3. Pura Dalem  Balingkang
  4. Pura Ulun Danu Songan
  5. Pura Bukit Mentik
  6. Pura Jati

2.    Aksesibilitas Kawasan
      Akses domestik berupa jalan dan sarana transportasi di kawasan sudah lumayan baik,
      Aksesbilitas cukup tinggi antar kabupaten.
       Waktu tempuh dari Bandara Internasional Ngurah Rai relatif singkat , kira-kira 1,5 jam.
      Memiliki beberapa jalur masuk kawasan dari Gianyar, dari Singaraja, dari Karangasem

3.    Fasilitas Wisata
      Tersedia fasilitas umum pendukung kegiatan wisata,
      Berupa : Hotel, Restoran, Travel Agent, Transportasi Wisata, Pusat Pelayanan Informasi, Pertokoan, Fasilitas Olah Raga Air.

4.    Sasaran Pembangunan Pariwisata Kabupaten Bangli Adalah :
  1. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
  2. Meningkatkan lama tinggal  (length of stay) dan pengeluaran wisatawan.
  3. Pengembangan pariwisata berkualitas.
  4. Pemerataan pembangunan kepariwisataan sesuai dengan potensi dan daya dukung yang dimiliki yang berbasis kemasyarakatan.


Daya Tarik Wisata Kintamani
1.    Kondisi monografi Daya tarik wisata Kintamani
Kintamani merupakan daerah pegunungan yang kontur daerahnya berbukit dengan tingkat kemiringan antara 30-70 %, dengan kondisi geologi dan litologi berupa endapan vulkanologi muda dan tua, kondisi hidrologi kandungan air tanahnya sangat terbatas yaitu + 0,5 lt/dtk, berhawa sejuk dengan temperature udara antara 180 C – 230C, dengan curah hujan tahunan 1.840 mm/th.
2.    Pontensi wisata Kintamani
  1. Perpaduan kondisi alam yang sangat mempesona : Pegunungan (Gunung Batur dan Gunung Abang, Gunung Agung) serta Danau Batur.
  2. Keindahan dan daya tarik geologi
  3. Wilayah pertanian (agro) yang subur
  4. Kondisi iklim dan suhu udara yang sejuk,
  5. Sumber mata air panas untuk kesehatan,
  6. Museum Gunung Api Batur sebagai wisata geologi dan pendidikan,
  7. Pesona kehidupan masyarakat Bali asli (kehidupan masyarakat Trunyan dengan tata cara penguburan mayatnya) yang khas telah dikenal dunia,
  8. Berbagai lokasi yang memancarkan vibrasi energi Ketuhanan yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai wisata spiritual.
  9. Berbagai peninggalan bekas kerajaan Bali Kuno,
  10. Bekas peninggalan “PELNI” sebagai titik awal perkembangan wisata di Kintamani, sebagai wisata nostalgia.

    7. Kondisi Daya Tarik Wisata Kintamani
          Jumlah Kunjungan
          Segmen Pasar
          Kontribusi pariwisata terhadap PAD Kabupaten Bangli
          Lama Tinggal Wisatawan
          Pengeluaran Wisatawan



    Kunjungan Wisatawan Ke Bangli Tahun  2012 – 2016
    TAHUN
    BALI
    BANGLI
    KINTAMANI
    %
    2011

    566.617
    515.262
                                      
    2012

    548.152
    488.383
              
    2013

    616.637
    547.905
                            
    2014

    647.607
    551.168

    2015

    610.349
    529.922

    2016

    695.126
    553.429






    KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PAD KABUPATEN BANGLI, TAHUN 2012 – 2016
    TAHUN
    PAD
    RETRIBUSI
    %
    2011

    5.268.661.500
        
    2012

    5.204.563.500

    2013

    5.829.563.500

    2014

    6.184.392.500

    2015

    14.144.840.500

    2016

    16.483.168.000



    Lama Tinggal & Pengeluaran Wisatawan di Kintamani
          Belum ada catatan yang akurat mengenai LoS dan Pengeluaran wisatawan di Kintamani, namun diperkirakan :
          Lama Tinggal :
    v  Tidak Menginap : 1 – 2 jam
    v  Menginap : antara 1 - 2  malam
          Pengeluaran :
    v  Wisman rata-rata sebesar US$ 20 - 30 per hari
    v  Wisnus rata-rata sebesar Rp. 100.000,- -          Rp. 200.000,- per hari



    Analisis SWOT
          Analisis faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan suatu destinasi, serta peluang dan tantangan yang merupakan faktor eksternal destinasi tersebut.
          Analisis SWOT akan menghasilkan berbagai strategi untuk mengembangkan suatu destinasi.



    Strength = Kekuatan
          Nama Kintamani telah mendunia,
          Potensi Sumberdaya wisata yang beragam,
          Komitmen Pemda Bangli terhadap pembangunan pariwisata sangat tinggi,
          Sarana dan prasarana wisata berkelas dunia,
          Aksessibilitas kawasan sangat memadai,
          Telah menjadi geopark dunia,
          Telah berkembangnya  ragam kegiatan wisata di Kintamani,
          Promosi kawasan yang gencar dilakukan oleh pemerintah maupun pengusaha,
          Komitmen Stakeholder  untuk mengembalikan kejayaan Kintamani.

    Weakness = Kelemahan
          Image Kintamani yang kurang baik di mata wisatawan,
          Keragaman atraksi wisata masih rendah,
          Belum tersedia Masterplan  Pariwisata Kintamani yang komprehensif,
          Pembangunan sarana wisata yang menutupi keindahan panorama Kintamani,
          Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku wisata dalam mengembangkan pariwisata Kintamani,
          Penegakan aturan (law enforcement) oleh pemerintah masih lemah,
          Kualitas SDM yang masih lemah,
          Perilaku beberapa anggota masyarakat yang menghilangkan rasa aman dan nyaman wisatawan,
          Ketersediaan infrastruktur kawasan yang belum memadai, misalnya : tempat parkir. TIC
          Masyarakat belum menunjukkan perilaku sadar wisata, terutama masalah sampah plastik di kawasan,
          Terjadinya perang tarif antar restoran, sehingga kualitas makanan kurang baik,
          Adanya galian C yang dapat mengancam kelestarian lingkungan di kawasan,
          Kalender of Event Kintamani belum tersusun,
          Belum terbentuknya pengelola kawasan berbasis community.

    Opportunity = Peluang
          Kintamani masuk kedalam KSPN
          Dukungan pemerintah pusat dalam pengembangan pariwisata Kintamani sangat besar,
          Meningkatnya minat masyarakat Indonesia untuk berwisata,
          Semakin crowded-nya lokasi wisata lain di Bali, misalnya Ubud,
          Meningkatnya minat wisatawan untuk berwisata back to nature ,
          Adanya rencana pemerintah untuk membangun bandara di Singaraja.

    Threat = Tantangan
          Tidak direkomendasikannya lagi Kintamani oleh TA/TO sebagai destinasi yang harus dikunjungi,
          Cepat dan kreatifnya destinasi lain dalam merespon setiap perubahan permintaan pasar,
          Berkembangnya destinasi lain di Bali yang mampu memberikan pelayanan lebih baik kepada wisatawan,
          Tidak didapatnya value for money  oleh wisatawan selama berkunjung ke Kintamani.



    KESIMPULAN
          Nama Kintamani mendunia dan pernah menjadi icon  Pariwisata Bali,
          Saat ini Kintamani dalam kondisi declining,        menurunnya jumlah kunjungan yang sangat signifikan,
          Terjadi karena banyak faktor, secara internal : image terhadap kualitas produk dan pelayanan masih buruk,
          Harus ada komitmen bersama seluruh stakeholder  untuk membangun kembali kejayaan Kintamani,
          Revitalisasi dan pembenahan terhadap produk dan pelayanan mutlak dilakukan secara konsisten,
          Strateginya sesuai analisis SWOT,         perlu disempurnakan,
          Dibangun tata kelola destinasi yang melibatkan seluruh stakeholder  untuk kesejahteraan masyarakat lokal.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peran Lembaga Desa Pakraman/Adat dalam Pelestarian Desa Tradisional Penglipuran Kubu Kabupaten Bangli

Daya Tarik Wisata Di Kecamatan Bangli Kab. Bangli