STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANGLI
STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
KABUPATEN BANGLI
Strategi pembangunan kepariwisataan daerah adalah
rumusan cara atau langkah untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan
daerah. Strategi pembangunan
kepariwisataan daerah merupakan suatu
skenario
pembangunan
kepariwisataan yang bersifat multidimensi dan lintas sektor.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10
tahun 2009 tentang kepariwisataan yang ditegaskan lagi dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPANAS) bahwa pembangunan kepariwisataan
meliputi aspek : (i) destinasi pariwisata, (ii) pemasaran pariwisata, (iii) industri pariwisata, dan (iv) kelembagaan kepariwisataan sebagai satu kesatuan yang
saling terkait.
Strategi pembangunan kepariwisataan daerah ini dirumuskan berdasarkan :
1)
Kebijakan pembangunan
kepariwisataan Kabupaten Bangli
2)
Isu-isu strategis pembangunan
kepariwisataan Kabupaten Bangli
3) Posisi sektor kepariwisataan terhadap
sektor lain di Kabupaten Bangli dan
posisi kepariwisataan
Kabupaten Bangli
di
Provinsi Bali
dan Indonesia.
4)
Peraturan perundang-undangan
yang terkait
1. Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata
Strategi pembangunan
destinasi pariwisata meliputi beberapa
aspek : (i) pembangunan perwilayahan destinasi, (ii) pembangunan daya tarik
wisata, (iii) pembangunan aksebilitas pariwisata, (iv) pembangunan prasarana
umum, fasilitas pariwisata, (v) pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan,
dan (vi) pengembangan investasi di bidang pariwisata.
1.1.
Pembangunan Perwilayahan Destinasi
Strategi pengembangan perwilayahan destinasi di Kabupaten
Bangli difokuskan dengan mengembangan KDTWK Kintamani sebagai pusat kepariwisataan Bangli dan sekaligus menjadi icon pariwisata Bangli. KDTWK
Kintamani selain sudah terkenal di Nusantara maupun di dunia
Internasional memiliki beragam daya tarik wisata seperti daya tarik wisata alam
: Gunung dan Danau Batur, Panorama Danau dan Gunung Batur
(dilihat dari Penelokan dan Abang), hot spring water (mata air panas) di
Toya Bungkah, Hutan TWA Penelokan, Hutan Cemara (Batur Kelod dan Batur Kaja),
Lahan pertanian hortikultura (Batur Kelod, Batur Kaja, Songan, Kedisan), serta didukung oleh udara pegunungan yang
sejuk dan segar.
Potensi daya tarik
budaya terdiri dari : Pura Ulun Danu Batur (di Batur), Pura Ulun Danu (di
Songan), Pura Jati dan Pura Pasek Kayu Selem (di Batur), Pura Puncak Penulisan
(cagar budaya nasional), Desa Tradisional Trunyan (Pura Pusering Jagat, barong
Brutuk, dan tradisi Mapasah --jenasah tidak dikubur), Akulturasi Budaya
Bali-Cina : Pelinggih Ratu Subandar di Pura Ulun Danu Batur dan Pura Dalem
Balingkang, dan Suasana dan tradisi pedesaan Bali Aga di desa Songan.
Potensi Daya Tarik
Buatan terdiri dari : Museum Gunung
Api Batur (di Batur Tengah), Camping
ground (Batur dan Toya Bungkah), Kolam permandian air panas.
Beberapa jenis wisata
pendukung kawasan andalan pariwisata
Kintamani diantaranya : Makan siang di restoran-restoran di sekitar Penelokan
sambil menikmati panorama gunung dan danau Batur, Hiking (mendaki) Gunung Batur dan Gunung Abang, Fishing (memancing)
di danau Batur, Naik jukung dan speed boat di danau Batur (dari Desa Kedisan ke
Trunyan pp), Camping (Toya Bungkah dan Batur), Panjat Tebing (di Songan),
Agrowisata (Batur Kelod, Batur Kaja, Kedisan, Songan), Mandi air panas (Hot Spring Water di Toya Bungkah),
Trekking di TWA Penelokan, serta Cycling (sepeda gunung) dengan route
Kintamani-Payangan-Ubud. Daya
tarik minat khusus adalah geopark yang menjadi brand baru pariwisata Bangli. Pembangunaan perwilayahan di Kabupaten Bangli
dengan memanfaatkan KDTWK Kintamani sebagai pusat pengembangan pariwisata dan
sekaligus menjadi icon pariwisata
Bangli yang didukung oleh keberadaaan berbagai DTW di sekitar wilayah KDTWK
Kintamani. Diharapkan bahwa wisatawan yang berkunjung keKDTWK Kintamani akan tertarik untuk berkunjung ke berbagai DTW yang ada
di wilayah Kabupaten Bangli, baik dalam perjalanan menuju Kintamani ataupun
setelah berkunjung ke Kintamani
Keberadaan KDTWK Kintamani ini didukung dengan keberadaan berbagai DTW di
wilayah Kabupaten Bangli yang dihubungkan melalui jaringan daya tarik wisata
dalam bentuk excursion routes. Excursion
routes ini dirancang dengan membuat jalur perjalanan wisatawan menuju
Kintamani yang melalui beberapa daya tarik wisata di wilayah Bangli setelah
berkunjung ke Kintamani. Dengan demikian
perwilayahan destinasi pariwisata di Kabupaten Bangli akan semakin menyebar dan
meluas dari KDTWK Kintamani sebagai pusat pengembangan pariwisata Bangli.
Beberapa
alternatif jalur ekserkusi dapat dibangun misalnya denpasar → Bukit jati → Dalem Jawa → Pura Kehen → Bukit Bangli → taman sari → Desa
Panglipuran → Desa Bayung Gede → Kintamani
→ Blantih → Denpasar. Koneksitas
antara daya tarik wisata tersebut di atas dapat dengan mudahan dijalin karena jaraknya yang dekat serta jalan
penghubung antara daya tarik wisata tersebut sudah tersedia.
Pengembangan kawasan
andalan pariwisata Kintamani dapat
menjadi pemicu perkembangan daya tarik wisata lainnya yang belum berkembang
seperti daya tarik wisata Agrowisata Blantih, Guliang Kangin, Pura Kehen, Dalem
Jawa, Bukit Bangli, Taman Sari, Desa
Panglipuran, Desa Bayung Gede, Bukit
jati dan yang lainnya.
1.1.
Pembangunan Daya Tarik Wisata
Pengembangan destinasi pariwisata juga perlu memperhatikan penataaan dan
pengembangan daya tarik wisata (DTW) yang tersebar luas di wilayah Kabupaten
Bangli. Selain berbagai daya tarik wisata (DTW) yang berada di dalam KDTWK
Kintamani, Kabupaten Bangli juga memiliki berbagai daya tarik wisata
alam, daya tarik budaya,
dan buatan manusia (man made).
Pengembangan DTW dapat dikelompokan menjadi
beberapa kelompok yaitu: (i) Desa Wisata yang terdiri dari Desa Penglipuran,
Bayung Gede, Desa Wisata Taman Sari, Desa Pengotan dan desa lainnya; (ii) Wisata
budaya/spiritual yang terdiri dari Pura Kehen, Pura Dalem Jawa (Langgar), Pura
Taman Bali Raja, dan pura lainnya; (iii) Wisata alam/ekowisata yang terdiri
dari Bukit Bangli, Bukit Jati, Guliang Kangin, Bukit Pulasari, Lembah Pantunan,
Bukit Demulih dan Bukit Serokadan; dan (iv) Agrowisata yang terdiri dari
agrowisata di Desa Catur, Sekaan, dan desa lainnya.
Pengembangan daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Bangli dilaksanakan
dengan memperhatikan keunikan dan
keaslian masing-masing daya tarik wisata dengan tetap mengacu kepada konsep green tourism dan community based tourism development sehingga tercipta daya tarik wisata yang berkualitas dan dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk
mengunjunginya serta memberikan manfaat yang lebih optimal kepada masyarakat
setempat.
1.1.
Pembangunan Aksebilitas Pariwisata
Pembangunan aksesibilitas bagi kegiatan pariwisata di Kabupaten Bangli meliputi penyediaan dan
pengembangan sarana/prasarana
transportasi angkutan darat.
Pengembangan
aksesibilitas
tersebut dimaksudkan untuk mendukung pengembangan destinasi pariwisata di Bangli yaitu memperlancar pergerakan
wisatawan menuju destinasi pariwisata
dan
pergerakan wisatawan di dalam destinasi, yaitu di KDTWK Kintamani dan daya tarik wisata (DTW) di
Kabupaten Bangli.
Untuk memperlancar pergerakan wisatawan perlu dikembangkan transportasi
khusus yang dikelola langsung oleh Pemkab Bangli sebagai angkutan umum
pariwisata yang melayani koridor-koridor pariwisata yang ada. Jenisnya dapat
berupa shuttle bus dengan kapasitas 12-18 penumpang. Hal ini dipertimbangkan
terhadap kondisi medan yang termasuk daerah dataran tinggi (pegunungan).
1.1.
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas
Pariwisata
Dalam pembangunan
destinasi diperlukan pembangunan fasilitas
pariwisata seperti sistem penerangan, sistem air bersih, sistem
komunikasi dan informasi, sistem pertamanan dan kebersihan, pos layanan
kesehatan, pos layanan keamanan, Fasilitas Hotel dan
Restoran, Fasilitas Toilet, Rambu-rambu penunjuk arah, Lahan parkir kendaraan.
Untuk memberikan layanan yang baik kepada wisatawan.
Ketersediaan lampu
penerangan jalan menuju obyek pariwisata dan di lokasi obyek demikian juga
ketersediaan air bersih dan sistem pembuangannya akan dapat memberikan
kenyamanan kepada pengunjung. Sistem komunikasi dan informasi akan memudahkan
penyelenggara dan pelaku pariwisata
dalam berkoordinasi dengan pihak lain jika ada masalah yang dihadapi oleh
wisatawan. Sistem pertamanan dan kebersihan bertujuan untuk menciptakan suasana
yang indah dan asri di lokasi wisata.
Pos layanan kesehatan demikian juga layanan keamanan bertujuan mengantisipasi
terhadap kemungkinan adanya kecelakaan, gangguan kesehatan serta gangguan
terhadap tindakan-tindakan kriminal.
Rambu-rambu penunjuk
arah beserta jarak tempuhnya agar dipersiapkan guna memberikan informasi yang
akurat tentang keberadaan fasilitas penunjang.
Disetiap daerah
tujuan wisata (DTW) wajib dilakukan pengembangan lahan parkir kendaraan
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
penyediaannya.
1.2.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan
Masyarakat,
pemerintah dan swasta adalah tiga pilar
dalam pembangunan dan
pengembangan pariwisata. Aspek
pemberdayaan masyarakat dalam konteks pengembangan pariwisata dapat
didefinisikan sebagai upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran dan
Inisiatif masyarakat sebagai salah satu stakeholder
penting di luar unsur pemerintah dan swasta, untuk dapat berpartisipasi dan
berperan aktif dan strategis sebagai subyek maupun sebagai penerima manfaat
dalam pengembangan kepariwisataan secara berkelanjutan.
Program pemberdayaan
masyarakat melalui kepariwisataan meliputi : pengembangan potensi,
kapasitas dan partisipasi, optimalisasi pengarusutamaan gender, peningkatan
potensi dan sumber daya lokal, penyusunan regulasi dan pemberian insentif, penguatan kemitraan rantai nilai antar usaha,
perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah, meningkatkan
akses dan dukungan permodalan, peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta
pemangku kepentingan dalam mewujudkan sapta pesona, dan peningkatan motivasi
dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mencintai bangsa dan tanah air
melalui perjalanan wisata nusantara.
1.1.
Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata
Pengembangan
investasi di bidang
pariwisata
meliputi peningkatan pemberian insentif, peningkatan kemudahan investasi, dan
peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata. Namun demikian, dalam
pengembangan investasi pariwisata perlu kiranya diperhatikan keterlibatan
pengusaha lokal dan mengikuti ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Strategi
Pemasaran Pariwisata
Pembangunan pemasaran
pariwisata daerah meliputi :
pengembangan pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, kemitraan
pemasaran pariwisata, dan pengembangan promosi pariwisata.
Strategi untuk pemantapan segmen pasar wisatawan yang sudah ada saat ini (existing market) dan pengembangan segmen
pasar baru meliputi:
meningkatkan promosi pada
pasar-pasar yang sudah mapan, meningkatkan akselerasi
promosi pada beberapa pasar
yang
baru dan sedang berkembang, melakukan pemasaran dan promosi untuk menangkap segmen pasar baru khususnya pasar pariwisata alternatif dengan mengembangkan
promosi berbasis tema-tema
tertentu.
Peningkatan dan pemantapan citra destinasi pariwisata Bangli sebagai destinasi yang aman dan
nyaman dilakuan dengan cara : meningkatkan dan memantapkan pemosisian citra
pariwisata Bangli di antara para pesaing di Bali dan Indonesia ummnya. Strategi untuk peningkatan citra
pariwisata Bangli
sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman diwujudkan melalui promosi,
diplomasi, dan komunikasi.
Strategi untuk pengembangan kemitraan pemasaran
pariwisata diwujudkan secara terpadu, sinergis, berkesinambungan dan
berkelanjutan. Pengembangan promosi pariwisata dilakukan dengan penguatan dan
perluasan eksistensi promosi pariwisata di dalam maupun di luar negeri.
1. Strategi
Pembangunan Industri Pariwisata
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang
dimaksud dengan usaha pariwisata (sebelumnya dikenal dengan industri pariwisata
adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
Industri pariwisata yang telah berkembang di Kabupaten Bangli meliputi :
akomodasi, restoran dan rumah makan, warung, serta artshop.
Juga berkembang industri kecil kerajinan rumah tangga yang berbahan
bambu. Industri kecil ini, berkembang pesat di tiga Kecamatan, yakni Kecamatan
Tembuku, Susut dan Bangli. Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar diserap
oleh pasar lokal (Bali). Selain itu juga diekspor ke berbagai negara : seperti
Perancis, Jerman, Italy, Rusia, Turki, Amerika, Kanada dan Malaysia.
Produk lainnya adalah yang berbahan kayu dengan produk utama berupa
patung dengan berbagai jenis seperti : ikan dolpin, binatang, topeng dan
dulang. Ada juga kerajinan emas dan perak ( di kecamatan Bangli dan Tembuku).
Kopi Kintamani yang sangat terkenal merupakan produk Industri kecil dan
menengah di Kabupaten Bangli. Produk tersebut diekspor ke Korea karena mereka
menggemari produk kopi Kintamani, terutama kopi luwaknya.
Dengan telah ditetapkannya Batur Global Geopark
sebagai anggota GGN pada pertengahan September 2012, maka Kawasan Pariwisata
Kintamani Bangli akansemakin dikenal di seantero dunia. Wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air,
maupun dari berbagai Negara akan berdatangan ke lokasi tersebut untuk melihat
dan menikmati produk-produk geopark tersebut.
Untuk mendukung peningkatan kunjungan wisatawan
tersebut, maka ke depan perlu dikembangkan berbagai industri kecil menengah
berbasis masyarakat untuk mendukung keberadaan Geopark tersebut
Produk-produk yang sudah ada saat ini perlu
terus dikembangkan model, desain dan kualitasnya, sehingga menjadi salah satu
produk khas Kintamani-Bangli sebagai souvenir yang tidak dapat diperoleh
di tempat lain. Demikian pula dengan
batu hasil letusan Gunungapi Batur yang saat ini terus digali dan dijual dalam
bentuk glondongan, perlu diolah dan dijadikan produk seni berkualitas tinggi,
sehingga memberi added value pada produk tersebut.Dengan demikian
diharapkan masyarakat Desa Songan dan desa lainnya yang saat ini banyak
berkecimpung di galian C, dapat beralih ke pekerjaan yang lebih baik tanpa
merusak lingkungan.
Industri kecil dan menengah yang bergerak di
pengolahan makanan perlu terus dikembangkan, terutama produk hasil perikanan
danau yang produksinya cukup berlimpah.
Walaupun saat ini produksinya masih mampu diserap oleh masyarakat lokal,
namun ke depan diperlukan pengolahan dalam bentuk lain untuk meningkatkan
variasi produk tersebut. Misalnya produk
perikanan air tawar dapat diolah menjadi berbagai jenis ikan olahan, seperti:
ikan sarden, presto, krupuk ikan, abon ikan mujair khas Kintamani, dibalut
kemasan menarik dengan brand Geopark.Industri kecil berskala rumah
tangga yang menghasilkan produk berupa baju kaos, topi, dan berbagai jenis
produk konveksi lainnya belum berkembang di Kintamani-Bangli. Di masa yang
akandatang diperlukan keberadaan industri kecil dan menengah tersebut untuk
bisa menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi untuk souvenir yang
mampu mencerminkan keberadaan Batur Global Geopark.
1. Strategi
Kelembagaan
Kepariwisataan
Pembangunan
kelembagaan kepariwisataan mencakup aspek penguatan
organisasi kepariwisataan, pembangunan SDM, dan penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan. Strategi penguatan
organisasi kepariwisataan dilakuan
antara lain dengan menguatkan tata kelola organisasi, menguatkan kemampuan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program, serta menguatkan mekanisme
sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan kepariwisataan.
Pemantapan organisasi
kepariwisataan dilakukan dengan menguatkan fungsi strategis kepariwisataan
dalam menghasilkan devisa, memperkuat usaha pariwisata terkait, meningkatkan
pemberdayaan masyarakat, dan meningkatkan pelestarian lingkungan.
Strategi pembangunan SDM pariwisata dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan dan profesionalisasi
pegawai, meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan
dan latihan bidang kepariwisataan. Peningkatkan SDM pariwisata di dunia usaha
dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
memiliki sertifikasi kompetensi di setiap destinasi pariwisata, meningkatkan
kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan, dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas lembaga pendidikan kepariwisataan yang terakreditasi.
Penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan pariwisata berorientasi pada pengembangan destinasi pariwisata,
pengembangan pemasaran, dan pengembangan industri pariwisata. Strategi
penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada pengembangan destinasi
antara lain mencakup: peningkatan penelitian dalam rangka pengembangan DTW,
pengembangan aksesibilitas dan/atau transportasi kepariwisataan dalam mendukung
daya saing destinasi, pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata, memperkuat pemberdayaan masyarakat, dan penelitian dalam
rangka peningkatan investasi.
Strategi penelitian
dalam rangka pengembangan pemasaran mencakup antara lain: peningkatan
penelitian pasar wisatawan dalam rangka pengembangan pasar baru dan produk,
pengembangan dan penguatan citra pariwisata, pengembangan kemitraan pemasaran,
dan peran promosi pariwisata di luar negeri.
Peningkatan
penelitian yang berorientasi pada pengembangan industri pariwisata mencakup
penguatan industri pariwisata, meningkatkan daya saing produk, mengembangkan
kemitraan usaha pariwisata, dan mengembangkan tanggungjawab terhadap
lingkungan. Strategi peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan
kelembagaan dan SDM pariwisata meliputi: pengembangan organisasi dan
pengembangan SDM pariwisata.
1.
Strategi Pengembangan Destinasi Kintamani sebagai DTW
Ungglan di Bali
Destinasi wisata adalah suatu kesatuan wilayah
(site,desa,kota,pulau,Negara,benoa) yang memiliki daya tarik wisata, dan
memiliki kemudahan untuk dikunjungi diserta dengan berbagai fasilitas wisata
yang memungkinkan wisatawan untuk berkunjung dan meninkmatinya.
Destinasi
dan daya saing :
Destinasi dikatakan mempunyai daya saing apabila
memiliki :
1. Produknya unggul
Dikatakan produk unggulan jika memiliki Keunikan (Uniqueness),
Keaslian (Authenticity), Kualitas
Layanan (Quuality of servic), teknologi
tinggi (High-tech and high-touch) , kualitas
pengalaman (quality Experince)
2. Sumber Daya Manusia professional
Sumber Daya Manusia yang professional harus memiliki
pengetahuan luas (knowledge),
keterampilan tinggi (skill), jaringan
luas (networking)
3. Harganya kompetitif
Harga kompetitif dimana dengan harga yang sama
konsumen memperoleh benefit yang lebih, konsumen tidak merasa menyesal
mengeluarkan uangnya karena produk yang diperolehnya sudah sepadan dengan
pengeluaran mereka.
4. Mudah dijangkau (aksesible)
Mudah dijangkau dikatakan unggul harus tersedia
berbagai jenis transportasi di Destinasi yang memudahkan wisatawan mengunjungi
objek wisata yang ada. Biaya perjalanan (cost of traveling) yang kompetitif,
pelayanan harus cepat, akurat dan ramah, masyarakat dapat menerima kedatangan
mereka dengan baik tanpa mereka merasa terganggu.
5.
Informasinya
tersebar luas
Informasi tersebar luas dimana konsumen dapat
dengan mudah mendapatkan informasi tentang produk yang bias diperoleh dari
travel agent, tv, majalah, guide book, internet, jarring social, infrmasi harus
jelas, menarik, harga, keamanan, kondisi dan lain-lain, informasi tersebut
dapat dibuktikan kebenarannya.
Untuk dapat mewujudkan Destinasi yang mempunyai daya saing tinggi
seharusnya semua stakeholder harus mampu bertindak cerdas, yang artinya pemerintah,
para pengusaha dan masyarakat harus memerankan dengan baik apa-apa yang harus
diperankannya.
1. Potensi
Wisata Budaya dan Spiritual
- Pura Pucak Penulisan
- Pura Ulun Danu Batur
- Pura Dalem Balingkang
- Pura Ulun Danu Songan
- Pura Bukit Mentik
- Pura Jati
2.
Aksesibilitas Kawasan
•
Akses
domestik berupa jalan dan sarana transportasi di kawasan sudah lumayan baik,
•
Aksesbilitas
cukup tinggi antar kabupaten.
•
Waktu tempuh dari Bandara Internasional Ngurah
Rai relatif singkat , kira-kira 1,5 jam.
•
Memiliki beberapa jalur masuk kawasan dari Gianyar,
dari Singaraja, dari Karangasem
3. Fasilitas Wisata
•
Tersedia
fasilitas umum pendukung kegiatan wisata,
•
Berupa
: Hotel, Restoran, Travel Agent, Transportasi Wisata, Pusat Pelayanan
Informasi, Pertokoan, Fasilitas Olah Raga Air.
4. Sasaran Pembangunan Pariwisata Kabupaten Bangli
Adalah :
- Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
- Meningkatkan lama tinggal (length of stay) dan pengeluaran wisatawan.
- Pengembangan pariwisata berkualitas.
- Pemerataan pembangunan kepariwisataan sesuai dengan potensi dan daya dukung yang dimiliki yang berbasis kemasyarakatan.
Daya
Tarik Wisata Kintamani
1. Kondisi monografi Daya tarik wisata Kintamani
Kintamani merupakan daerah pegunungan yang kontur
daerahnya berbukit dengan tingkat kemiringan antara 30-70 %, dengan kondisi
geologi dan litologi berupa endapan vulkanologi muda dan tua, kondisi hidrologi
kandungan air tanahnya sangat terbatas yaitu + 0,5 lt/dtk, berhawa sejuk
dengan temperature udara antara 180 C – 230C, dengan
curah hujan tahunan 1.840 mm/th.
2. Pontensi wisata Kintamani
- Perpaduan kondisi alam yang sangat mempesona : Pegunungan (Gunung Batur dan Gunung Abang, Gunung Agung) serta Danau Batur.
- Keindahan dan daya tarik geologi
- Wilayah pertanian (agro) yang subur
- Kondisi iklim dan suhu udara yang sejuk,
- Sumber mata air panas untuk kesehatan,
- Museum Gunung Api Batur sebagai wisata geologi dan pendidikan,
- Pesona kehidupan masyarakat Bali asli (kehidupan masyarakat Trunyan dengan tata cara penguburan mayatnya) yang khas telah dikenal dunia,
- Berbagai lokasi yang memancarkan vibrasi energi Ketuhanan yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai wisata spiritual.
- Berbagai peninggalan bekas kerajaan Bali Kuno,
- Bekas peninggalan “PELNI” sebagai titik awal perkembangan wisata di
Kintamani, sebagai wisata nostalgia.7. Kondisi Daya Tarik Wisata Kintamani• Jumlah Kunjungan• Segmen Pasar• Kontribusi pariwisata terhadap PAD Kabupaten Bangli• Lama Tinggal Wisatawan• Pengeluaran Wisatawan
Kunjungan Wisatawan Ke Bangli Tahun 2012 – 2016TAHUNBALIBANGLIKINTAMANI%2011566.617515.2622012548.152488.3832013616.637547.9052014647.607551.1682015610.349529.9222016695.126553.429
KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PAD KABUPATEN BANGLI, TAHUN 2012 – 2016TAHUNPADRETRIBUSI%20115.268.661.50020125.204.563.50020135.829.563.50020146.184.392.500201514.144.840.500201616.483.168.000Lama Tinggal & Pengeluaran Wisatawan di Kintamani• Belum ada catatan yang akurat mengenai LoS dan Pengeluaran wisatawan di Kintamani, namun diperkirakan :• Lama Tinggal :v Tidak Menginap : 1 – 2 jamv Menginap : antara 1 - 2 malam• Pengeluaran :v Wisman rata-rata sebesar US$ 20 - 30 per hariv Wisnus rata-rata sebesar Rp. 100.000,- - Rp. 200.000,- per hariAnalisis SWOT• Analisis faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan suatu destinasi, serta peluang dan tantangan yang merupakan faktor eksternal destinasi tersebut.• Analisis SWOT akan menghasilkan berbagai strategi untuk mengembangkan suatu destinasi.
Strength = Kekuatan• Nama Kintamani telah mendunia,• Potensi Sumberdaya wisata yang beragam,• Komitmen Pemda Bangli terhadap pembangunan pariwisata sangat tinggi,• Sarana dan prasarana wisata berkelas dunia,• Aksessibilitas kawasan sangat memadai,• Telah menjadi geopark dunia,• Telah berkembangnya ragam kegiatan wisata di Kintamani,• Promosi kawasan yang gencar dilakukan oleh pemerintah maupun pengusaha,• Komitmen Stakeholder untuk mengembalikan kejayaan Kintamani.Weakness = Kelemahan• Image Kintamani yang kurang baik di mata wisatawan,• Keragaman atraksi wisata masih rendah,• Belum tersedia Masterplan Pariwisata Kintamani yang komprehensif,• Pembangunan sarana wisata yang menutupi keindahan panorama Kintamani,• Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku wisata dalam mengembangkan pariwisata Kintamani,• Penegakan aturan (law enforcement) oleh pemerintah masih lemah,• Kualitas SDM yang masih lemah,• Perilaku beberapa anggota masyarakat yang menghilangkan rasa aman dan nyaman wisatawan,• Ketersediaan infrastruktur kawasan yang belum memadai, misalnya : tempat parkir. TIC• Masyarakat belum menunjukkan perilaku sadar wisata, terutama masalah sampah plastik di kawasan,• Terjadinya perang tarif antar restoran, sehingga kualitas makanan kurang baik,• Adanya galian C yang dapat mengancam kelestarian lingkungan di kawasan,• Kalender of Event Kintamani belum tersusun,• Belum terbentuknya pengelola kawasan berbasis community.Opportunity = Peluang• Kintamani masuk kedalam KSPN• Dukungan pemerintah pusat dalam pengembangan pariwisata Kintamani sangat besar,• Meningkatnya minat masyarakat Indonesia untuk berwisata,• Semakin crowded-nya lokasi wisata lain di Bali, misalnya Ubud,• Meningkatnya minat wisatawan untuk berwisata back to nature ,• Adanya rencana pemerintah untuk membangun bandara di Singaraja.Threat = Tantangan• Tidak direkomendasikannya lagi Kintamani oleh TA/TO sebagai destinasi yang harus dikunjungi,• Cepat dan kreatifnya destinasi lain dalam merespon setiap perubahan permintaan pasar,• Berkembangnya destinasi lain di Bali yang mampu memberikan pelayanan lebih baik kepada wisatawan,• Tidak didapatnya value for money oleh wisatawan selama berkunjung ke Kintamani.
KESIMPULAN• Nama Kintamani mendunia dan pernah menjadi icon Pariwisata Bali,• Saat ini Kintamani dalam kondisi declining, menurunnya jumlah kunjungan yang sangat signifikan,• Terjadi karena banyak faktor, secara internal : image terhadap kualitas produk dan pelayanan masih buruk,• Harus ada komitmen bersama seluruh stakeholder untuk membangun kembali kejayaan Kintamani,• Revitalisasi dan pembenahan terhadap produk dan pelayanan mutlak dilakukan secara konsisten,• Strateginya sesuai analisis SWOT, perlu disempurnakan,• Dibangun tata kelola destinasi yang melibatkan seluruh stakeholder untuk kesejahteraan masyarakat lokal.
Komentar
Posting Komentar